Pendahuluan

·

“Because communication - which in the end is what the digital technology and media are all about - is not just a sector of the economy. Communication is the economy.” Kevin Kelly,”New Rules for the New Economy: 10 Radical Strategies for a Connected World”.


Di antara manusia dan harapan kemakmuran bersama di masa depan ada yang namanya pasar. Pasar adalah komunitas. Pasar adalah interaksi dan percakapan di antara mereka. Pasar selalu jujur, terbuka, alami, dan tidak bisa diatur, seperti layaknya suara hati manusia. Di Abad Komunikasi ini, dimana segala sesuatu saling terhubung dan berinteraksi, maka keterhubungan dalam jaringan atau networking memberi dampak yang luar biasa pada pasar dan masyarakat di manapun dia berada, yang berujung pada interaksi ‘human voice’ yang paling hakiki dan tanpa batas, tanpa diskriminasi.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (Infokom) telah memfasilitasi percakapan antar manusia yang dulu tidak mungkin dilakukan oleh teknologi media massa. Interaksi dan percakapan dalam jaringan manusia telah memungkinkan bentuk baru dari organisasi masyarakat yang lebih berdaya dan pertukaran pengetahuan tumbuh di antaranya. Akibatnya, pasar semakin pandai, lebih informatif, lebih tertata. Keterlibatan dalam masyarakat yang saling terhubung mengubah manusia secara mendasar.

Manusia, dalam pasar yang saling terhubung, mendapati diri mereka lebih memiliki informasi dan saling mendukung satu sama lain daripada informasi yang bersumber dari para pemasok barang atau jasa. Tidak ada lagi rahasia, pasar tidak bisa lagi dibohongi. Segala ide dan inovasi tumbuh dan saling menyempurnakan, tetapi ide dan inovasi menjadi cepat ditiru, cepat usang, dan menjadi komoditas.

Suka atau tidak, di industri infokom ini, kita sedang berhadapan dengan ekosistem kehidupan yang berubah cepat dan tidak lagi bisa diprediksi. Menghadapi ketidakpastian, nasihat bijak bestari, seperti diungkapkan oleh Lord Baden Powel, perlu sungguh-sungguh disimak. “Bersiaplah! Bersiaplah menghadapi berbagai skenario masa depan yang mungkin dengan terus berusaha memahami perilaku teknologi dan pasar, dan menciptakan masa depan yang terbaik bagi kita”.

Menarik untuk kita simak, tingkat perubahan yang terjadi di industri infokom sangat cepat, tidak seperti industri konstruksi, misalnya. Jembatan Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat, dibuat pada tahun 1930-an. Pada pertengahan tahun 1990-an, ada suatu wawancara TV terhadap pembuatnya yang kebetulan masih hidup. Ketika ditanyakan, jika Anda diminta membuat lagi jembatan Golden Gate, apakah ada yang akan Anda ubah. Jawabnya, sama sekali tidak ada yang perlu diubah!

Bandingkan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi (TI). Lihatlah bagaimana teknologi PC dan terminal berkembang, bagaimana perangkat lunak di rancang, bagaimana teknologi keamanan jaringan disempurnakan, bagaimana teknologi Internet merasuk ke semua jenis aplikasi jaringan. Tidak pernah terbayangkan! Namun, perjalanan masih panjang. Berbeda dengan inovasi teknologi lain, teknologi infokom bersifat multi-faset, merambah ke semua aspek kehidupan seperti kutipan dari Kevin Kelly di atas, bahwa “Communication is the Economy”.

Perilaku oportunis pada akhir abad 20, telah sempat mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat pada yang namanya teknologi informasi dan komunikasi. Para venture capitalist, telah menciptakan hype dan janji-janji bahwa ekonomi baru adalah bisnis Internet. Sehingga, hampir seluruh industri teknologi infokom tumbuh dengan target dan nilai yang tidak masuk akal melebihi kemampuan pasar sesungguhnya untuk menerima.

Namun, akhirnya, kita semua disadarkan, antara nilai penting teknologi dan nilai bisnis Internet adalah dua hal yang berbeda. Peter Drucker mengatakan “There is no new economy. The Internet greatly extends the old economy”.

Mengkaji para arif bijak dalam bertutur akan perubahan zaman, dimana pengombinasian antara pengalaman sebagai hikmah dan penerawangan masa depan sebagai harapan, merupakan tindak pencerahan yang dapat memberikan langkah pasti dalam perjalanan maju yang lebih terarah. Tidak semua pengambil keputusan paham dengan fenomena yang berkembang.

Namun, yang jelas hampir seluruh negara sepakat dengan makin tajamnya kesenjangan yang diakibatkan oleh teknologi infokom atau ICT (Information and Communication Technology). Karenanya, dalam pertemuan para pemimpin dunia pada World Summit on Information Society (WSIS), Desember 2003, di Geneva, telah dicanangkan akses dan keterhubungan seluruh dunia sampai ke tingkat desa di tahun 2015, yang bertujuan untuk mempersempit Kesenjangan Digital (Digital Divide).

Para pengambil keputusan di negeri ini, belum sepakat atas arti penting pemanfaatan infokom dan industrinya. Pada tingkat makroekonomi, pertanyaannya adalah, mengapa transformasi masyarakat informasi menjadi lebih penting daripada sektor unggulan lain yang biasa terjadi. Dan, mengapa juga diyakini bahwa dampaknya pada kesejahteraan material lebih besar dibandingkan agroindustri, mobil, jaringan televisi, antibiotik dan lainnya?

Gelombang inovasi yang terjadi saat ini, adalah bagian dari suatu proses berbeda. Ini adalah suatu transformasi yang menciptakan alat untuk berpikir, dan membawa serta dengannya perubahan organisasi dan kelembagaan dan inovasi. Persoalannya, kita tidak mengetahui bahwa gelombang modern inovasi teknologi adalah lebih besar dibandingkan meningkatnya kesejahteraan material yang diberikan oleh sektor unggulan di masa yang lalu.

Ekonom MIT, Robert Solow, pemenang hadiah Nobel, pada tahun 1987 berkata: “Bagaimana mungkin kita melihat revolusi komputer dimana-mana kecuali pada statistik agregat produktivitas?”. Solow berbagi pandangan umum bahwa komputer dan komunikasi memiliki suatu potensi revolusi ekonomi. Namun, ketika melihat pada pengukuran agregat keseluruhan dari keadaan ekonomi, ia melihat pertumbuhan produktivitas yang lambat.

Sementara itu, “Paradoks Produktivitas” ini tidak terjadi di tingkat mikroekonomi. Analis bisnis tidak memiliki masalah dalam menemukan bahwa investasi pada teknologi tinggi memiliki keuntungan produktivitas yang tinggi. Ekonom MIT lainnya, Erik Brynjolffson, menemukan tingkat pengembalian investasi tipikal pada komputer dan jaringan lebih dari 50% per tahun. Perusahaan yang berinvestasi besar-besaran pada ICT dan mentransfomasikan struktur internalnya, sehingga mereka dapat menggunakan kemampuan teknologi baru, berkembang dengan baik, sementara pesaing yang lamban tidak.

Sebagian jawaban “Paradoks Produktivitas” ini datang dari observasi Paul David, sejarahwan teknologi dari Stanford, bahwa butuh waktu yang cukup untuk suatu ekonomi merestrukturisasi dirinya sehingga dapat mengambil manfaat penuh potensi yang dibuka oleh teknologi yang revolusioner. Dan, pada waktu itu, inovasi teknologi tersebut menjadi praktik standar. Revolusi Industri dimulai 1760an.

Namun, produktivitas secara nasional dan percepatan pertumbuhan ekonomi baru terlihat sekitar 1840-1850an.Pada akhirnya, aturan dan kesiapan sosial, dan bukan teknologi, yang menentukan bagaimana kesejahteraan diciptakan dan dibagi. Industri Infokom akan tumbuh jika cocok dengan karakter pasarnya, seperti ungkapan Bruno Latour: "Technology is Society Made Durable”. Inovasi layanan infokom yang baik bagi suatu pasar di sebuah negara, belum tentu sepenuhnya cocok untuk masyarakat di negara lain. Namun, dalam dunia yang saling tergantung satu sama lain akan terjadi efek menular, meskipun tingkat kecepatan penerimaannya berbeda-beda.

Di pasar Indonesia, kita menyaksikan bahwa industri infokom semakin dewasa. Khususnya dengan adanya industri telekomunikasi selular bergerak (mobile cellular), sehingga ketertinggalan aksesibilitas layanan telekomunikasi telah sangat berubah. Dalam kurun waktu sembilan tahun, industri selular telah berhasil mencapai 24 juta pelanggan, sementara telepon tetap baru mencapai 8,5 juta pelanggan, pada tahun 2004. Peran aturan dan kesiapan sosial sangat nyata dalam membentuk kondisi ini. Kondisi geografis yang luas dan unik, kondisi demografis yang menyebar dan tidak merata, tata-kota yang cenderung reaktif mengakibatkan solusi nir-kabel lebih cocok untuk kondisi Indonesia.

Sementara itu, kondisi layanan Internet di Indonesia relatif terbelakang. Mahalnya biaya bandwidth Internet membutuhkan perhatian khusus. Sebagai komparasi, Telekom Malaysia, yang pasarnya hanya 22 juta penduduk, telah memiliki bandwidth Internet sebesar 4 Gbps. Sementara Indonesia yang berpenduduk 220 juta, bandwidth Internet-nya baru sekitar 700 Mbps. Belum lagi, mahalnya perangkat terminal dan biaya akses.

Meskipun begitu, e-mail saat ini telah menjadi hal wajib dalam dunia bisnis. Solusi semacam Multi-purpose Community Telecenter (MCT) atau Community Access Point (CAP) seperti Wartel dan Warnet, merupakan pendekatan paling masuk akal untuk kondisi pasar Indonesia. Namun, karena pasarnya belum dikelola dengan baik, industri Warnet cenderung mati suri. Perlu ada tangan-tangan penolong untuk membangkitkan gairah industri ini. Ketertinggalan Internet sangat merugikan adopsi pemanfaatannya secara luas.

Industri konten dan aplikasi merupakan fase berikut, yang masih pada tahap awal pertumbuhannya. Layanan data berbasis SMS tumbuh fenomenal dan merupakan solusi konten yang pas pada layanan bergerak selular yang aksesibilitasnya paling luas. Solusi berbasis SMS akan mengisi celah sampai dengan layanan maju berbasis Internet bisa terdukung.

Terlepas bahwa industri inovasi teknologi infokom membawa dampak sosial, namun pada ujung akhirnya manfaat yang tercipta harus jauh lebih besar. Perilaku konsumtif harus diimbangi dengan perilaku kreatif dan produktif yang membawa kemajuan dan kesejahteraan bersama. Di alam globalisasi yang sangat kompetitif, persoalannya adalah seberapa cepat manfaat infokom tercipta lebih besar dan mampu mengejar ketertinggalan dari negara lain.

Buku yang ada di hadapan Anda ini merupakan perjalanan pemikiran dan implementasi penulis dalam membangun layanan dan industri infokom di TELKOM, yang muncul dalam tulisan-tulisan lepas dari tahun 2000 sampai akhir 2004. Di tengah pusaran dinamika pasar dan teknologi, ide pemikiran awal dalam pemvisian masa depan terus mengalami penyempurnaan. Pemvisian masa depan haruslah memberi dampak bagi kemajuan bersama. Tidak terkecuali bagi perusahaan besar seperti TELKOM yang merupakan perusahaan incumbent, visi sebagai pemimpin bisnis infokom sudah dicanangkan, namun pengaruh legacy, lingkungan bisnis telepon masih sangat kuat mengingat kontribusi pendapatannya masih dominan.

Penulis beruntung mendapat penugasan-penugasan untuk membuka dan memulai bisnis baru TELKOM yang diharapkan menjadi pilar pertumbuhan bisnis infokom berikutnya. Keuntungan perusahaan besar adalah adanya peluang berinovasi yang lebih besar, dan belajar dari kekeliruan. TELKOM dengan posisinya yang unik, tentu sangat diharapkan mampu merangkul dan memberdayakan pelaku industri untuk tumbuh bersama. Dialektika tripartit antara “pasar-pelaku industri-pemerintah” menjadi kunci penentu efektifnya suatu industri tumbuh dan berdampak besar bagi ekonomi.

Tulisan-tulisan dalam buku ini dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu e-Framework, e-Strategy, dan e-Services. Penggunaan huruf ’e’ hanya untuk memberi tekanan adanya peran teknologi infokom yang jamak dikenali dengan prefiks ’e’. Pada e-Framework, tulisan-tulisan yang ditampilkan mencoba berpikir dari sudut pandang membangun industri yang menjadi katalis tumbuhnya layanan dan bisnis infokom.

Pada bagian e-Strategy, merupakan kumpulan pemikiran dalam skala korporasi untuk menyikapi fenomena teknologi infokom dan pendekatan terbaik untuk memanfaatkannya secara produktif. Sedang pada bagian e-Services, memuat pemikiran dan contoh implementasi layanan-layanan infokom dalam rangka membangun bisnis infokom ke depan. Pasar dan waktu yang akan menjawab, mana layanan dan aplikasi infokom yang sukses dan mana yang tidak.

Pusaran pasar dan industri, menuntut setiap pelaku untuk terus bersiap dan menyesuaikan diri tanpa henti agar layanan tetap aktual dan diterima pasar. Bisnis, pada dasarnya, adalah suara manusiawi. Teknologi tetap nomor dua, tanpa estetika. Belajar untuk terus berbicara dengan suara manusiawi bukanlah kepura-puraan, tetapi mereka adalah yang benar-benar memberdayakan manusia untuk bisa tampil menjadi dirinya sendiri. Pasar semakin cerdas, pasar tidak menunggu, tetapi pasar akan melihat siapa yang memberi manfaat nyata. Buku sederhana ini mencoba membawa cerita, sudut pandang dan hikmah dari realita industri infokom.

Semoga bermanfaat.

Photobucket
Photobucket Photobucket

ICT & Internet Business

Blogs

Mobile and Wireless

Sponsor Ad

Automotive

Archive